BANYUWANGI — Di tengah terik matahari dan medan yang menantang, semangat gotong royong membara di pelosok Kecamatan Siliragung. Dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125, para prajurit Kodim 0825/Banyuwangi bergandengan tangan bersama warga, mendorong angkong berisi material bangunan, menyusuri jalan-jalan desa demi satu tujuan: membangun masa depan yang lebih baik.
Kegiatan ini terpusat di dua desa, yakni Desa Kesilir dan Desa Siliragung, yang kini menjadi saksi hidup perjuangan kolektif antara tentara dan rakyat. Tak ada batas pangkat atau jabatan. Semua menyatu dalam barisan, saling mengisi dan mendorong gerobak dorong sederhana yang menjadi simbol kekuatan bersama.
“Angkong ini mungkin terlihat biasa, tapi ia membawa semangat luar biasa. Ini bukan cuma soal mengangkut batu dan semen, tapi tentang bagaimana kita bersatu, bekerja dari hati,” ujar Sertu Bambang Darmawan, Babinsa yang memimpin kegiatan di lapangan.
Menurutnya, pemanfaatan angkong bukan semata karena keterbatasan alat berat, melainkan pilihan sadar untuk memperkuat rasa kebersamaan dan efisiensi kerja. Hasilnya? Proses pembangunan berjalan lebih cepat dan penuh kehangatan solidaritas.
Kepala Desa Kesilir, Mujiono, tak bisa menyembunyikan rasa haru saat menyaksikan prajurit TNI bergelut bersama warga di tanah kelahirannya.
“Luar biasa. Mereka bukan sekadar datang bawa proyek, tapi benar-benar menyatu dengan warga. Setiap dorongan angkong adalah bukti cinta mereka pada desa ini,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Kepala Desa Siliragung, Paeno Hadi P., menilai TMMD ini sebagai momentum emas untuk akselerasi pembangunan di wilayahnya.
“Dengan medan yang berat seperti ini, tak mudah membangun infrastruktur. Tapi sinergi antara TNI dan rakyat membuktikan bahwa tak ada yang mustahil jika kita bergerak bersama,” tegasnya.
TMMD ke-125 di Siliragung bukan sekadar program pembangunan, melainkan cermin kemanunggalan yang sesungguhnya. Di balik debu jalanan dan peluh yang menetes, ada harapan besar yang tumbuh bahwa desa, betapapun terpencilnya, punya masa depan yang layak diperjuangkan.
Dan di sana, angkong menjadi lebih dari sekadar alat. Ia menjadi simbol kerja keras, tekad, dan persatuan.[]